Bunga kamboja di pagi hari.
Dihinggap oleh dua belanga mucikari
Yang berubut madu pahit meracuni.
Demi rasa mereka yang tak pernah hilang pada sensasi.
Seperti biasa, sang kamboja diam saja menanti.
Sudah tentu tak ada angin yang pasti.
Seekor belanga lain juga menanti yang tak pasti.
Demi asa yang di jaga sampai mati.
Akulah belanga itu.
Aku menunggu sang kamboja untuk membuka pintu.
Namun belanga lain tak sudi dan menggerutu.
Aku pasra dan membisu.
Harapan sang belanga tiada sirna.
Lalu kembali bertapa demi rasanya.
Demi harapan yang hampa.
Demi rasa yang lama di dada.
Duhai kamboja,
Akulah sang belanga
Cintaimu dalam luka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar