Kamis, 05 November 2015

Sehari Berbagi Selamanya Menginspirasi

Haerul Hamka
Relawan Panitia Kelas Inspirasi
Melaporkan dari Kabupaten Bulukumba
TRIBUN-TIMUR.COM-Hari ini, Kamis (26/3/2015) Kelas Inspirasi Bulukumba turun ke beberapa sekolah untuk menginspirasi Anak Indonesia. Tepat pukul 07.00 di selah sinar mentari pagi di beberapa sekolah dasar di Bulukumba di penuhi relawan Kelas Inspirasi yang siap menyambut kedatangan anak-anak sekolah dasar.
Dari kejauhan, terlihat satu persatu siswa yang tersenyum sambil menyalami tangan para inspirator. Terlihat juga beberapa guru dan para profesiawan dari beberapa bidang yang berbeda asyik mengusap kepala para siswa sebagai bentuk kasih sayang dan motivasi mereka.
Kemeriahan terlihat ketika salah seorang aktor ternama Sulawesi Selatan bapak Sabri Abian ketika memandu jalannya apel pagi, seketika itu juga sontak meriah para siswa menyaksikan aksi dari MC terbaik kabupaten Bulukumba ini.
Tidak sampai disitu saja, kemeriahan kembali terlihat ketika para inspirator mengambil alih kelas dan memotivasi ratusan anak Indonesia ini. Sugguh sebuah langkah ikhlas, sehari berbagi seumur hidup menginspirasi demi kemajuan Indonesia emas di masa depan.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Yoshimi relawan perawat dari Jepang yang juga menjadi salah satu titik perhatian para siswa. Tak jarang siswa dan para guru meminta berfoto dengan relawan yang berfaras cantik ini. Selain itu, Kasat Bimas Polres Bulukumba bapak H. Ambo Dalle turut hadir untuk menginspirasi anak Indonesia.
Di tempat yang berbeda, juga hadir ketua IDI Bulukumba bapak dr. Amrullah sebagai Inspirator untuk calon-calon dokter di masa depan.
Harapan kedepan, bahwa Kelas Inspirasi ini tetap berjaya di Indonesia lebih lagi sebagai wadah yang sangat strategis untuk kemajuan Indonesia emas di masa yang akan datang. Langkah jadi panutan, ujar jadi pengetahuan pengalaman jadi inspirasi. Salam inspirasi dari Bulukumba untuk relawan Kelas Inspirasi seluruh Indonesia.
http://makassar.tribunnews.com/2015/03/26/sehari-berbagi-selamanya-menginspirasi

Tunas Muda Celebes Saat Anak Muda Menginspirasi

Haerul Hamka
Relawan Tunas Muda Celebes
Melaporkan dari Maros

Ditengah berkembangnya dunia global maka di butuhkan sumberdaya manusia yang handal dan mumpuni. Masyarakat global sudah seharusnya mampu berkarya dan berkompetensi, termasuk masyarakat Indonesia.

Di tahun 2015 Indonesia akan memasuki pasar bebas ASEAN, maka dengan itu dibutuhkan kecakapan dan kualitas sumberdaya manusia yang baik. Dari tinjauan dibeberapa daerah di Indonesia dapat disimpulkan bahwa masyarakat kota sudah cukup mampu bersaing ketat, lalu bagaimana dengan masyarakat pinggiran yang jauh dari kota? Tentu, jawabannya "tidak" karena masih banyak daerah yang justru sangat tertinggal dan dipandang perlu pembinaan yang layak, seperti yang dialami oleh dusun Pattiro desa Labuaja kecamatan Cenrana Kabupaten Maros.

Dusun Pattiro desa Labuaja kecamatan Cenrana Kabupaten Maros adalah salah satu daerah yang boleh dikata tertinggal.
Sulitnya akses informasi, tidak tersedianya listrik dan tak meratanya pendidikan menjadikandaerah ini sulit bersaing dengan daerah-daerah lain. Selain itu kurangnya kepedulian pemerintah daerah menjadi salahsatu faktor utama tertinggalnya daerah ini.

Oleh karena itu daerah ini menjadi tempat binaan Salah satu komunitas relawan TMC (Tunas Muda Celebes) Yang baru-baru ini menggelar kegitan sosial tepatnya pada tanggal 29 januari sampai 1 februari 2015. Komunitas ini bergerak dibidang sosial kemasyarakatan, pendidikan dan keagamaan serta kesehatan dan pembebasan buta akasara. TMC hadir ditengah masyarakat dengan visi "menjadi komunitas relawan yang berkontribusi mewujudkan mimpi anak Indonesia".

Kegiatan ini sangat direspon baik oleh warga tentunya juga anak-anak dengan euforia yang sangat tinggi terhadap dunia pendidikan. Sejak kegiatan ini di mulai sampai berahirnya, semangat anak-anak pattiro tak pernah surut untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang telah dibuat.

Salah satu warga dusun pattiro bapak Jamaluddin daeng mantang mengungkapkan bahwa "saya sangat senang kalau ada anak-anak pengajar datang dirumah, karna disini kodong jarang ada guru yang mau ajari anak-anaka" tuturnya.
Selain itu salahsatu kordinator Public Relation TMC Alfiah Indriastuti Syam berharap semoga kegiatan ini mampu memberikan kontribusi fositif terhadap masyarakat luas tentunya juga dapat mewujudkan mimpi anak Indonesia. (*)

http://makassar.tribunnews.com/2015/02/02/tunas-muda-celebes-saat-anak-muda-mengispirasi

Rabu, 19 Agustus 2015

Petaniku jadi Hantu

Aku merindukan hijaunya padi
Yang basah dengan embun pagi
Aku merindukan kemilau emasmu
Yang menunduk sambil menari-nari bersama angin
Aku merindukan senyuman petani
Dengan keringat segar bersama topi jerami

Kerinduan itu hilang tertelan surya
Memakan hijaumu menyisahkan hampa
Raut sedih dengan keringat luka
Hamparan sawah menghitam bagai neraka
Surya tak meyisahkan nafkah

Inikah yang kamu mau?
Yang kamu inginkan?
beribu petani haus dan lapar
Hentikan-hentikan semua itu
Lihat wajah-wajah yg terbungkus pilu
Berselimutkan luka dan harapan
Demi sesuap nasi,,

Hujan-hujan turunlah
Basahi bumi yang kering
Bumiku kini buruk rupa
Pribumi tak lagi jaga bumi
Tuhan,, hentikan-hentikan semua itu.

Bulukumba, 19 Agustus 2015

Sabtu, 18 Juli 2015

Maaf bisakah anda berhenti bernyanyi?
Saya fobia Speaker,,,
Maaf bisakah anda berhenti teriak?
Saya fobia Speaker,,,

Saya takut kemasjid
Saya fobia Speaker,,,
Saya gak usah shalat
Saya fobia Speaker,,,

Stop,,,,
Stop putar kaset mengaji
Suaranya brisik
Saya fobia Speaker

Ahh,, itu cuma Speaker
Ahh,, itu gegara Speaker
Copot saja
Buang saja
Aku fobia Speaker.

Bontomasila 19 Juli 2025

Jumat, 10 Juli 2015

Kepada malam yang mulai tegak
Dari iktidal rukuknya yang panjang,
Aku bercerita tentang si fulan yang menghilang.

Terdengar kabar dari merpati putih
Seorang saudagar kaya telah mempekerjakanmu
Lalu kau meneguk berjuta kenikmatan
Berjuta kemunafikan, lalu lupa diri.

Bukankah kau pernah bilang,
ketika kita berdua di bawa tenda
sambil melihat kilaunya pantulan bintang
Yah,,di danau itu, danau Tanralili.

Kau bersumpah kepada bulan, kita takkan berpisah
Lalu kini, haruskah kita berpisah?
Kerja katamu, tapi kamu telah termakan goda materialistik
Wejanganmu kini bukan lagi zikir tapi uang, uang dan uang.

Aku malu kepada bulan, aku malu kepada buku yang kau hadiakan kepadaku berukirkan "jangan matre".
Aku malu kepada danau yang kau basuh untuk wudhu
Aku malu kepada sejadah tempatmu sujud.
Kini kau lupa diri, lupa segalanya.

Malam ini,
Aku Merenungi dirimu yang disana
Ketika mata tak mampu kupejam
Disitulah ada roda penyesalan,
Menyesali ikrar kita di danau Tanralili.

Bulukumba 11 Juli 2105

Kamis, 09 Juli 2015

Kata yang yang kau ucap kala itu
Selepas toga dan jubah itu berahir
Engkau menunggu, lalu berbisik
Adam, akukah Hawa mu?

Kini ucap itu menghantu
Meraung di telingaku bersama nyanyian hujan
Lalu, Senyummu terlukis dalam gejolak rindu
Kudekap kau bersama hangatnya malam

Selepas toga dan jubah itu berahir
Duri-duri perpisahan kian jelas
Muncul merobek ikatan ilalang yang erat
Kujaga namun ku tak mampu

Selepas toga dan jubah itu berahir
Bahu ini sendiri, tak ada cerita lagi
Tak ada lagi air mata
Tak ada lagi kelu kesahmu
Aku rindu itu

Setelah toga dan jubah itu berahir
Masikah kau mau mengucap kata itu?
Sekali lagi, bisiki aku
Iya,, aku Adam mu dan kau Hawa ku

Samata 10 Juli 2015

Fakir atau Kafir?

Hai sang pemilik aturan Islam
Aku ini muslim
Orang bilang aku fakir
Hampir saja aku kafir
Karena berjuta orang-orang kikir

Aku bukan ahli ibadah
Juga bukan wali allah
Namun aku ingin fahala seperti jernihnya awan
Aku ingin ibadah seperti berjuta bintang disisi bulan
Namun aku plin-plan
Aku ini fakir atau kafir?

Ahhh....aku ini fakir
Ahhh.... bukan, aku ini kafir
Ahhh.... bukan, aku ini fakir yang kafir
Ahhh.... salah, lalu mungkin saja aku kafir karena fakir
Ahhh... salah, Yang benar aku fakir oleh takdir

Adakah saudaraku tau tentang diriku?
Adakah saudaraku sudi memeberiku?
Adakah saudaraku yg peduli padaku?
Ahh... semuanya kikir seperti batu
Lalu manakah hakku pada mereka yang kikir itu?

Sudahlah,, aku pasrah sebagai fakir
Fakir oleh sikikir
Namu, sebenarnya merekalah yang kafir

Samata 9 Juli 2015

Rabu, 08 Juli 2015

Dirantau


Nak,, ibu ingin baju baru
Sudah puluhan tahun ibu menunggumu
Nak,, ibumu ini sudah tua
Pulanglah,, ibu ingin baju coklat tua

Nak,, Ingatkah engkau masa kecilmu?
Ketika engkau merengek minta di belikan baju
Kamu menangis merontah-rontah
Lalu ibu pinjam uang pak lurah
Demi engkau nak,,,

Kini ibu sendiri, bajuku sudah bau
Engkau telah lama merantau
Menikmati hartamu
Tapi kamu lupa ibumu

Pulanglah nak,,
Aku ingin baju coklat tua
Dengan sulaman bunga mawar
Seperti baju pengantin ibu dengan bapakmu dulu

Pulanglah nak,,
Sebentar lagi gema takbir berkumandang
Semoga di hari ID nanti aku dapat memelukmu
Dengan baju coklat tua bersulamkan mawar.

Samata, 8 Juli 2015

Rabu, 08 April 2015

Luka Adat

Betapa lucunya kau di kala tersenyum.
Nampak merona merah bibirmu usai kucium
ditengah padang pasir yang luas berdua.
Memadu kasih layaknya cinderella.

Matamu berbinar bagai awan
yang akan meneteskan hujan.
Lewat mentari, kukatakan padamu bahwa aku ingin pergi dan takkan pulang.
Dirimu lalu membisu seribu kata bersama ilalang.

Anginpun datang membawa butiran pasir.
Seiring matamu berkaca bagai air mengalir
disungai yang berbatu cadas hitam.
Dengan raut mukamu yang kusam.

Aku memelukmu membisikkan kata maaf lewat kalbu
yang tak terucap lewat bibirku, biarkan aku menggerutu
merasakan detak jantungmu berteriak-teriak,
seakan itu mengutuk-ngutuk.

Di padang pasir itu, terakhir kali aku melumat bibirmu
sebelum aku pergi bersama calon bungaku
yang telah diikat oleh orangtuaku, jujur aku tak cinta.
Ini ulah orang tuamu juga.

Aku menyunting bunga yang hampir saja kupetik.
Namun duri-duri hitam berbisa siap mematuk-matuk.
Lalu aku pulang demi sebuah ikatan adat.
Duri-durimu berkata aku tak beradat.

Kini engkau sendiri meratapi diri.
Menghabiskan air mata duri.
Izinkan aku memetik bunga yang lain
Lalu menghirup aromanya di malam pengantin.

Sapai jumpa di padang luas ini.
Jangan harapkan aku kembali.
Biarlah pasir, angin, awan dan mentari menjadi saksi.
Perpisahan ini.

Kamboja Dalam Belanga

Bunga kamboja di pagi hari.
Dihinggap oleh dua belanga mucikari
Yang berubut madu pahit meracuni.
Demi rasa mereka yang tak pernah hilang pada sensasi.

Seperti biasa, sang kamboja diam saja menanti.
Sudah tentu tak ada angin yang pasti.
Seekor belanga lain juga menanti yang tak pasti.
Demi asa yang di jaga sampai mati.

Akulah belanga itu.
Aku menunggu sang kamboja untuk membuka pintu.
Namun belanga lain tak sudi dan menggerutu.
Aku pasra dan membisu.

Harapan sang belanga tiada sirna.
Lalu kembali bertapa demi rasanya.
Demi harapan yang hampa.
Demi rasa yang lama di dada.

Duhai kamboja,
Akulah sang belanga
Cintaimu dalam luka.