Sepintas
judul diatas jika dilihat dari teksnya itu seakan tak bermakna, namun jika kita kaji
dari segi
konteksnya maka kumpulan kata-kata diatas sangat erat dengan kandungan makna. Kata tersebut membawa kita untuk sedikit berfikir dan berfilsafat sehingga kita mencari-cari pesan apa yang akan disampaikan dari kumpulan kata tersebut. Jika kita tak mampu menduga pesan yang disampaikan maka kita akan mendapati diri kita bertanya-tanya, ada apa dengan MAMA? Ada apa dengan PAPA? Ada apa dengan DANA? Dan ada apa dengan kata MANA?
konteksnya maka kumpulan kata-kata diatas sangat erat dengan kandungan makna. Kata tersebut membawa kita untuk sedikit berfikir dan berfilsafat sehingga kita mencari-cari pesan apa yang akan disampaikan dari kumpulan kata tersebut. Jika kita tak mampu menduga pesan yang disampaikan maka kita akan mendapati diri kita bertanya-tanya, ada apa dengan MAMA? Ada apa dengan PAPA? Ada apa dengan DANA? Dan ada apa dengan kata MANA?
Andai
kita sedikit cerdik dalam menagkap pesan yang disampaikan, maka penulis tak
perlu untuk menjelaskannya. Tapi apa daya kata tersebut muncul sesuai apa yang
penulis rasakan dan alami, bukan apa yang dirasakan dan dialami oleh pembaca.
Sebenarnya pesan yang akan disampaikan sangatlah mudah jika kita faham dan rajin membaca
Al-Qur’an. Cukup kita menambahkan awalan Di
dan akhiran Ku. Dengan menggunakan
metode membaca Al-Qur’an tersebut, maka kita akan mendapatkan sebuah kalimat yang
tersusun rapih “ Di MANA DANAku, PAPAku
dan MAMAku?”
Jika kita kembali kepertanyaan tadi “ Di MANA DANAku, PAPAku dan MAMAku?” maka pastilah penulis akan
menjawab “ aku tak punya DANA, aku tak punya PAPA dan aku pun tak punya MAMA” sungguh
kasihan sosok ANAK ini. Kata MAMA sering di endentikkan dengan persoalan
lembut, penyayang dan pengasih, namun penulis disini menyimbolkan “MAMA”
sebagai sosok Fakultas sebagai ibu dari ANAK yang penulis simbolkan sebagai
sosok Himpunan dan Lembaga Kemahasiswaan.
Jika
seorang ANAK meminta “uang” (penulis simbolkan sebagai DANA) kepada ibunya,
maka pantaskah seorang ibu mengatakan “ aku tak punya uang nak, pinjamlah dulu
ke orang lain (sponsor)” sungguh ironis kan? Sebenarnya seorang “MAMA” tak boleh
diam dengan hal ini. “MAMA” harus antusias kepada “PAPA” (penulis simbolkan
sebagai Rektorat) untuk meminta dan menagi uang untuk anaknya. Bukankah
kewajiban seorang “PAPA” untuk menafkahi ANAKnya? Kan lucu jika hanya karena
uang sehingga ANAK mengomel dan melempari batu MAMA dan PAPAnya.
Mohon
maaf MAMA, mohon maaf PAPA, ANAKmu ini hanya ingin megingatkanmu tentang
tanggungjawabmu. ANAKmu hanya bisa mengingatkanmu lewat tulisan, karena ANAKmu
bukanlah SRIGALA JALAN dan SINGA MIMBAR yang siap memangsa, namu ANAKmu hanya
bisa menulis sebagai bentuk perjuangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar